Judul: Kujang Pajajaran
Penulis: Ki Wahyu Suradinata
Harga: Rp. 30.000
Tersedia e book; Rp. 20.000
Alhamdulillah, puji syukur
kepada Allah ta'ala atas kehendakNya buku ini dapat hadir di hadapan
pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa salam, kepada seluruh keluarganya,
para shahabatnya dan orang-orang yang meniti sunnahnya sampai akhir zaman.
Kujang adalah warisan
leluhur masyarakat Sunda, ia hadir pada tiap lambang dan logo lembaga
pemerintahan dan swasta khususnya yang berada di Tatar Sunda (Jawa Barat).
Sebagai sebuah warisan budaya maka ia harus dilestarikan agar generasi yang
akan mengetahuinya. Salah satu upaya untuk melestarikannya adalah dengan
memproduksi kembali berbagai jenis kujang yang menjadi warisan tersebut.
Paneupaan Kujang Pajajaran telah melakukan hal tersebut dengan membuat enam
jenis kujang yang merupakan warisan leluhur Sunda.
Setelah berkiprah lebih dari
20 tahun membuat kujang, maka kami memandang perlu untuk menjelaskan hal-hal
yang berkaitan dengan kujang dalam sebuah buku. Alhamdulillah, cita-cita
tersebut tercapai dengan terbitnya buku ini. Pembaca sekalian, buku ini adalah
buku langka yang membahas mengenai kujang di Tatar Sunda khususnya di Bogor
sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran. Isi buku ini didasarkan kepada pengalaman
penulis sejak mulai pertama mengenal kujang hingga akhirnya mengabdikan dirinya
untuk kujang.
Ki Wahyu Affandi Suradinata
adalah maestro Kujang yang hingga saat ini belum ada tandingannya. Keahliannya
dalam membuat kujang ditambah dengan pemahamannya terhadap sejarah dan
nilai-nilai budaya Sunda menjadi modal utama dalam membuat kujang-kujang yang
tidak hanya memiliki nilai seni namun bernilai filosofi tinggi.
Buku ini menyajikan
data-data mengenai kujang yang didasarkan kepada salah satu tokoh budayawan
Sunda yaitu Anis Jatisunda yang telah mengabdikan diirinya untuk Ki Sunda. Semoga
kehadiran buku ini menjadi pelepas dahaga bagi masyarakat Sunda yang ingin
mengetahui warisan agung para leluhur Sunda. Selain itu diharapkan menjadi
kontribusi positif dalam upaya ngamumule budaya Sunda.
Akhir kata semoga pembaca
sekalian mendapatkan hikmah dari buku ini, kritik dan saran yang bersifat
konstruktif kami tunggu untuk perbaikan buku ini di masa yang akan datang.
Bogor, 10 April 2015
Paneupaan Kujang Pajajaran